PENERAPAN
FUNGSI INTELEJEN
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS POKOK SATPAM
Oleh : Doddy
Hidayat, S.E.
Tugas Pokok Satpam adalah
menyelenggarakan keamanan dan ketertiban dilingkungan kerjanya, dalam
peyelenggaraan keamanan dan ketertiban nya bersifat preventife atau pencegahan.
Untuk mencegah adanya
gangguan keamanan dan ketertiban serta mencegah timbulnya ancaman perlu adanya
rencana pengamanan yang didapat dari informasi peringatan dini dan kewaspadaan
dini. Peringatan dan kewaspadaan dini ini didapat dari pengolahan data yang
dikumpulkan dari kegiatan intelejen yg dilakukan oleh anggota satpam.
Pengertian Intelejen
Secara Bahasa “Intelejen”
berasal dari Bahasa Inggris, yakni “Intelegence” yang berarti “Kecerdasan”.
Sedangkan pengertian
Intelejen, diantaranya :
1.
Intelijen adalah informasi yang dihargai atas ketepatan
waktu dan relevansinya, informasi ini biasanya mengenai rencana, keputusan, dan
kegiatan suatu pihak, yang penting untuk ditindak-lanjuti atau dianggap
berharga dari sudut pandang organisasi pengumpul intelijen.
2.
Merupakan usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan
dengan menggunakan metoda -metoda tertentu dan secara teroganisir untuk menghasilkan
produk berupa pengetahuan tentang masalah-masalah yang dihadapi baik yang
sudah dan sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
3.
Orang yang bertugas mencari (mengamat-amati) seseorang;
(kkbi)
Informasi / pengetahuan
mengenai masalah-masalah yg terjadi ini akan diolah, menjadi :
1. Kewaspadaan Dini
Dapat
mendeteksi dan identifikasi permasalahan keamanan diwilayah tugasnya.
2. Sistem Peringatan Dini
Pemberi
peringatan kepada pimpinan terhadap potensi gangguan keamanan diwilayah
tugasnya.
3. Rencana Pengamanan / Teknik Pengamanan
Prosedur
Pengamanan
Klasifikasi Kegiatan
Intelejen dapat dibedakan sebagai :
1. Organisasi
Intelijen
dalam pengertiannya sebagai organisasi merupakan badan/alat yang dipergunakan
untuk menggerakkan kegiatan – kegiatan intelijen sesuai dengan fungsinya, baik
berupa penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan untuk mencapai tujuan –
tujuan intelijen guna memenuhi kepentingan pihak atasan yang berwenang dan
bertanggung jawab.
2. Kegiatan
Kegiatan
intelijen mencakup semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang
diwujudkan dalam bentuk penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.
Bahan
Keterangan (Baket)
3.
Intelejen Sebagai
Bahan Keterangan
Bagi
anggota Satpam dalam mendukung pelaksanaan tugas pokoknya, intelejen digunakan
sebagai Kegiatan untuk mengumpulkan Bahan Keterangan (Baket).
Dalam menunjang
pelaksanaan tugas pokok keamanan, kita akan lebih focus membahas kegiatan
intelejen sebagai kegiatan pengumpulan Bahan Keterangan (Baket). Bahan
keterangan yang dikumpulkan dari lapangan berbentuk “Data”, Data ini adalah
bahan keterangan yang akurat (sesuai fakta) dan penting.
Syarat Baket yang dapat
dikumpulkan, adalah :
1. Bahan – bahan yg berkaitan dengan keamanan.
2. Sumbernya dapat dipercaya.
3. Keterangan relevan dengan masalah yg dicari atau
dibutuhkan.
Status tingkat kepercayaan
dan kebenaran baket :
Penilaian
Sumber Baket :
|
Tingkatan
kebenaran baket :
|
A.
Dipercaya
sepenuhnya.
|
1.
Kebenarannya
ditegaskan oleh sumber lain.
|
B.
Biasanya dapat
dipercaya.
|
2.
Sangat mungkin
benar.
|
C.
Agak dapat
dipercaya.
|
3.
Mungkin benar.
|
D.
Biasanya tidak
dapat dipercaya.
|
4.
Kebenarannya
diragukan.
|
E.
Tidak dapat dipercaya
|
5.
Tidak mungkin
benar.
|
F.
Kepercayaannya
tidak dapat dinilai.
|
6.
Kebenarannya
tidak dapat dinilai.
|
Jadi kalau disebutkan
status nya A-1 artinya bahwa
keterangan yang didapat sumbernya dapat dipercaya dan dibenarkan oleh sumber
lain.
Baket yang akurat dan
telah diverifikasi kebenarannya disebut sebagai “Fakta”. Fakta inilah yang
kemudian diproses/diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dan berguna
bagi penerimanya, disebut sebagai “Informasi” yang menjadi bahan pembuatan
Renpam, Sistem Peringatan dan Kewaspadaan Dini, Prosedur Pengamanan (SOP).
Pengumpulan Bahan
Keterangan.
1. Observasi
Observasi
adalah kegiatan untuk mengamati orang, tempat, keadaan secara umum untuk
mengetahui keadaan, prilaku yang tidak normal. Observasi merupakan kegiatan
intelijen yang hampir sama dengan surveillance, Hanya saja ruang lingkup
observasi lebih luas dibanding surveillance, observasi merupakan kegiatan awal
dari surveillance, observasi dilakukan karena adanya indikasi kemungkinan
terjadinya pelanggaran atau gangguan-ancaman keamanan.
Contoh
penerapan observasi :
a.
Adanya Laporan
ditemukannya barang/produk perusahaan yg didistribusikan/dijual di luar,
padahal produk/barang tsb hanya untuk didistribusikan tempat/area ttt. Anggota satpam melakukan observasi ke tempat –
tempat penjualan yang disinyalir terdapat barang yang tidak boleh diedarkan.
Apabila
ditemukan barang yang mencurigakan, maka dapat dilakukan wawancara sambal lalu
untuk mengorek informasi.
b.
Adanya temuan
audit yg menyatakan banyak kehilangan produk tertentu.
Jenis
Observasi :
a.
Observasi Secara Sambilan
Observasi ini dilakukan bukan oleh satu orang
anggota yang memiliki tugas husus melakukan observasi. Observasi secara sambilan
dapat dilaksanakan oleh anggota yang sedang melakukan patroli.
b.
Observasi secara teratur (Anggota Khusus)
Observasi secara teratur dilakukan oleh seorang
petugas khusus yang memang telah terlatih dan memiliki kompetensi untuk melakukan
observasi.
c.
Observasi “Selayang Pandang”
Observasi “Selayang Pandang” dapat dilakukan oleh
Kepala Satpam untuk memastikan area dalam keadaan aman dan kondusif.
d.
Observasi Khusus
Observasi khusus dilakukan apabila memang ada target
tertentu atau untuk memecahkan suatu kasus ttt.
Ketentuan
Observasi :
a.
Konsentrasi dan
Teliti
b.
Dari umum ke
khusus
c.
Tidak berpersepsi
(sesuai fakta)
d.
Jarak yang cukup
e.
Posisi yang tepat
f.
Adanya alat bantu
2. Surveillance.
Pengertian
surveillance adalah proses pemantauan sesuatu obyek ataupun perilaku obyek
dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang berguna, objek/sasaran sudah
ditetapkan dari hasil Observasi.
Tujuan
Surveillance :
a.
Mengetahui
kebenaran informasi.
b.
Untuk
mengembangkan petunjuk dari informasi lain.
c.
Memperoleh
informasi secara rinci dari kegiatan yang diamati.
d.
Untuk mendapatkan
kemungkinan dasar melaksanakan penggeledahan.
e.
Untuk memperoleh
barang bukti yang sah.
f.
Menemukan barang
bukti yang disembunyikan.
g.
Memperoleh bukti
tambahan.
h.
Mencegah
pelanggaran/menangkap pelaku.
Persiapan
yang diperlukan :
a.
Peralatan (CCTV
System, Alat komunikasi, dll).
b.
Sandi Komunikasi.
c.
Kode bahasa
tubuh.
d.
Mengetahui
sasaran.
e.
Mengenal area.
Menetapkan
ring pengawasan dan petugas :
a.
“Eye Ball”
petugas yg mengamati target dilingkaran paling dekat dengan target (bisa
dilakukan dengan penyamaran).
b.
“Backup One”
berfungsi sebagai lapis pertama apabila target bergerak menjauh dari posisi
“Eye Ball”.
c.
“Backup Two”
berfungsi sebagai lapis kedua yang meneruskan kegiatan pengamatan setelah
diinformasikan oleh “Backup One”.
Pada
saat melaksanakan kegiatan surveillance, kita harus merespon prilaku orang yang
diawasi, prilakunya dibedakan menjadi :
a.
Selalu merasa
curiga.
b.
Bersikap masa
bodoh, bisa peduli dan tidak peduli.
c.
Betul-betul sudah
tahu jika diawasi/diamati.
Contoh
penerapan Surveilance :
“Seorang
SPG di suatu Super Market menginformasikan ke Kepala Satpam bahwa dia melihat
seorang konsumen dicurigai menyembunyikan produk yg dijual dan memasukannya
kedalam tas, biasanya SPG ini memberikan informasi yang akurat. Kepala Satpam
kemudian menugaskan anggota satpam untuk melakukan surveillance, setelah
didapatkan informasi dari anggota dilapangan bahwa konsumen tersebut melakukan
pengutilan, maka informasi disebut A-1 dan kepala satpam dapat melakukan
tindakan yang dibutuhkan.
3. Wawancara
Wawancara
adalah mengajukan pertanyaan, meminta keterangan, meminta penjelasan. Dalam
pelaksanaan wawancara, dilakukan juga :
a.
Menilai jawaban.
Sangat
penting sekali untuk menguasai kemampuan melakukan penilaian jawaban, apakah
jawaban tersebut berdasarkan fakta atau hanya asumsi, pendapat atau karangan
saja.
b.
Paraphrase
(menulis kembali dengan kata-kata lain)
Kadangkala
jawaban dari pertanyaan yang diajukan berbelit belit, pewawancara harus
memiliki kemampuan untuk merangkum/meringkas dan mengambil fakta-fakta nya
saja, kemudian menyusunnya menjadi laporan / tulisan yang ringkas dan jelas.
c.
Probing
(memberikan dorongan untuk memberikan keterangan tambahan).
Bisa
saja informasi yang sangat penting justru tidak diberikan pada saat wawancara,
pewawancara harus memiliki kemampuan untuk memberikan dorongan agar semua
informasi yang penting didapatkan.
Jenis
pertanyaan adalah, sbb:
a.
Pertanyaan yang diperluas
b.
Pertanyaan untuk melakukan klarifikasi
c.
Pertanyaan yang mengarahkan
d.
Pertanyaan berganda
e.
Pertanyaan hipotesis
Contoh penerapan wawancara :
Tersangka konsumen di suatu supermarket yang
terbukti melakukan pengutilan diwawancarai oleh anggota keamanan untuk mengorek
informasi mengenai :
a.
Identitas
b.
Bagaimana
cara/modus dalam melakukan pengutilan?
c.
Sudah berapa kali
melakukan pengutilan?
d.
Apakah ada teman
dalam melakukan pengutilan?
e.
Apakah barang
yang dicuri untuk konsumsi pribadi atau dijual lagi?
f.
Kalau dijual
lagi, kemana dijualnya?
4. Undercover (Pengamanan Tertutup).
Operasi
yang sifatnya tertutup dan rahasia, disamarkan sehingga seluruh kegiatannya
tidak menimbulkan kecurigaan dengan tujuan penyusupan.
Penyamaran
biasanya digunakan dalam hal:
a.
Informasi atau
barang bukti tidak dapat diperoleh dengan cara investigasi secara terbuka.
b.
Untuk mengurangi
waktu dan biaya, apabila berdasarkan pertimbangan tersebut informasi yang
didapat jauh lebih singkat waktunya dan lebih murah.
c.
Apabila
penyelidikan terbuka tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, tidak
dapat dilanjutkan karena tidak ada data sama sekali yang mendukung investigasi
tersebut.
Contoh penerapan Pengamanan
Tertutup :
1. Pengungkapan kasus penggelapan barang / produk di
pabrik/gudang.
2. Pengumpulan informasi rencana kegiatan demo karyawan.
3. Pengawasan area banking hall dari informan kelompok
gembos ban/perampok nasabah.
Hasil dari Observasi,
Surveilance, Wawancara dan Pengamanan Tertutup dapat dijadikan bahan untuk pembuatan
/ perbaikan prosedur pengamanan yang sudah ada agar gangguan dan ancaman
keamanan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan, setidaknya anggota keamanan
akan lebih siap dalam menghadapi ancaman dan gangguan yang timbul.
Setelah selesai mempelajari
materi intelejen ini, diharapkan memiliki pemahaman tentang Teori Dasar
Intelejen dan penerapannya dalam melaksanakan tugas harian pengaman di area
kerjanya dan mengetahui bagaimana cara mengumpulkan data/informasi yang
dianggap penting untuk kegiatan pengamanan.
Terima kasih.
Referensi :
a. Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sistem
Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga
Pemerintah.
b. Dasar dasar Intelijen – Z.A. Maulani (Letjend – Purn).
c. Hanjar Teknik Pengumpulan Baket – Sudirman Sultan,
SP., MP.
d. Modul Kegiatan Intelejen Taktis - Abdul Rahman dan
Surono, S.Sos., M.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar