Rabu, 27 Maret 2019

TEORI DASAR INTELEJEN



PENERAPAN FUNGSI INTELEJEN 
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS POKOK SATPAM
Oleh : Doddy Hidayat, S.E.




Salah satu bentuk pengamanan tertutup untuk observasi adalah dengan 
melakukan penyamaran


Tugas Pokok Satpam adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban dilingkungan kerjanya, dalam peyelenggaraan keamanan dan ketertiban nya bersifat preventife atau pencegahan.

Untuk mencegah adanya gangguan keamanan dan ketertiban serta mencegah timbulnya ancaman perlu adanya rencana pengamanan yang didapat dari informasi peringatan dini dan kewaspadaan dini. Peringatan dan kewaspadaan dini ini didapat dari pengolahan data yang dikumpulkan dari kegiatan intelejen yg dilakukan oleh anggota satpam.

Pengertian Intelejen
Secara Bahasa “Intelejen” berasal dari Bahasa Inggris, yakni “Intelegence” yang berarti “Kecerdasan”.

Sedangkan pengertian Intelejen, diantaranya :
1.     Intelijen adalah informasi yang dihargai atas ketepatan waktu dan relevansinya, informasi ini biasanya mengenai rencana, keputusan, dan kegiatan suatu pihak, yang penting untuk ditindak-lanjuti atau dianggap berharga dari sudut pandang organisasi pengumpul intelijen.
2.     Merupakan usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan metoda -metoda tertentu dan secara teroganisir untuk menghasilkan produk berupa pengetahuan tentang masalah-masalah yang dihadapi baik yang sudah dan sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
3.     Orang yang bertugas mencari (mengamat-amati) seseorang; (kkbi)

Informasi / pengetahuan mengenai masalah-masalah yg terjadi ini akan diolah, menjadi :
1.     Kewaspadaan Dini
Dapat mendeteksi dan identifikasi permasalahan keamanan diwilayah tugasnya.
2.     Sistem Peringatan Dini
Pemberi peringatan kepada pimpinan terhadap potensi gangguan keamanan diwilayah tugasnya.
3.     Rencana Pengamanan / Teknik Pengamanan
Prosedur Pengamanan

Klasifikasi Kegiatan Intelejen dapat dibedakan sebagai :
1.     Organisasi
Intelijen dalam pengertiannya sebagai organisasi merupakan badan/alat yang dipergunakan untuk menggerakkan kegiatan – kegiatan intelijen sesuai dengan fungsinya, baik berupa penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan untuk mencapai tujuan – tujuan intelijen guna memenuhi kepentingan pihak atasan yang berwenang dan bertanggung jawab.

2.     Kegiatan
Kegiatan intelijen mencakup semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang diwujudkan dalam bentuk penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.
Bahan Keterangan (Baket)

3.     Intelejen Sebagai Bahan Keterangan
Bagi anggota Satpam dalam mendukung pelaksanaan tugas pokoknya, intelejen digunakan sebagai Kegiatan untuk mengumpulkan Bahan Keterangan (Baket).

Dalam menunjang pelaksanaan tugas pokok keamanan, kita akan lebih focus membahas kegiatan intelejen sebagai kegiatan pengumpulan Bahan Keterangan (Baket). Bahan keterangan yang dikumpulkan dari lapangan berbentuk “Data”, Data ini adalah bahan keterangan yang akurat (sesuai fakta) dan penting.

Syarat Baket yang dapat dikumpulkan, adalah :
1.     Bahan – bahan yg berkaitan dengan keamanan.
2.     Sumbernya dapat dipercaya.
3.     Keterangan relevan dengan masalah yg dicari atau dibutuhkan.




Status tingkat kepercayaan dan kebenaran baket :

Penilaian Sumber Baket :
Tingkatan kebenaran baket :
A.    Dipercaya sepenuhnya.
1.     Kebenarannya ditegaskan oleh sumber lain.
B.     Biasanya dapat dipercaya.
2.     Sangat mungkin benar.
C.     Agak dapat dipercaya.
3.     Mungkin benar.
D.    Biasanya tidak dapat dipercaya.
4.     Kebenarannya diragukan.
E.     Tidak dapat dipercaya
5.     Tidak mungkin benar.
F.     Kepercayaannya tidak dapat dinilai.
6.     Kebenarannya tidak dapat dinilai.

Jadi kalau disebutkan status nya A-1 artinya bahwa keterangan yang didapat sumbernya dapat dipercaya dan dibenarkan oleh sumber lain.

Baket yang akurat dan telah diverifikasi kebenarannya disebut sebagai “Fakta”. Fakta inilah yang kemudian diproses/diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dan berguna bagi penerimanya, disebut sebagai “Informasi” yang menjadi bahan pembuatan Renpam, Sistem Peringatan dan Kewaspadaan Dini, Prosedur Pengamanan (SOP).

Pengumpulan Bahan Keterangan.
1.     Observasi
Observasi adalah kegiatan untuk mengamati orang, tempat, keadaan secara umum untuk mengetahui keadaan, prilaku yang tidak normal. Observasi merupakan kegiatan intelijen yang hampir sama dengan surveillance, Hanya saja ruang lingkup observasi lebih luas dibanding surveillance, observasi merupakan kegiatan awal dari surveillance, observasi dilakukan karena adanya indikasi kemungkinan terjadinya pelanggaran atau gangguan-ancaman keamanan.
Contoh penerapan observasi :
a.     Adanya Laporan ditemukannya barang/produk perusahaan yg didistribusikan/dijual di luar, padahal produk/barang tsb hanya untuk didistribusikan tempat/area ttt.  Anggota satpam melakukan observasi ke tempat – tempat penjualan yang disinyalir terdapat barang yang tidak boleh diedarkan.
Apabila ditemukan barang yang mencurigakan, maka dapat dilakukan wawancara sambal lalu untuk mengorek informasi.
b.     Adanya temuan audit yg menyatakan banyak kehilangan produk tertentu.

Jenis Observasi :
a.     Observasi Secara Sambilan
Observasi ini dilakukan bukan oleh satu orang anggota yang memiliki tugas husus melakukan observasi. Observasi secara sambilan dapat dilaksanakan oleh anggota yang sedang melakukan patroli.
b.     Observasi secara teratur (Anggota Khusus)
Observasi secara teratur dilakukan oleh seorang petugas khusus yang memang telah terlatih dan memiliki kompetensi untuk melakukan observasi.
c.      Observasi  “Selayang Pandang”
Observasi “Selayang Pandang” dapat dilakukan oleh Kepala Satpam untuk memastikan area dalam keadaan aman dan kondusif.
d.     Observasi Khusus
Observasi khusus dilakukan apabila memang ada target tertentu atau untuk memecahkan suatu kasus ttt.

Ketentuan Observasi :
a.     Konsentrasi dan Teliti
b.     Dari umum ke khusus
c.      Tidak berpersepsi (sesuai fakta)
d.     Jarak yang cukup
e.     Posisi yang tepat
f.       Adanya alat bantu

2.     Surveillance.
Pengertian surveillance adalah proses pemantauan sesuatu obyek ataupun perilaku obyek dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang berguna, objek/sasaran sudah ditetapkan dari hasil Observasi.

Tujuan Surveillance :
a.     Mengetahui kebenaran informasi.
b.     Untuk mengembangkan petunjuk dari informasi lain.
c.      Memperoleh informasi secara rinci dari kegiatan yang diamati.
d.     Untuk mendapatkan kemungkinan dasar melaksanakan penggeledahan.
e.     Untuk memperoleh barang bukti yang sah.
f.       Menemukan barang bukti yang disembunyikan.
g.     Memperoleh bukti tambahan.
h.     Mencegah pelanggaran/menangkap pelaku.

Persiapan yang diperlukan :
a.     Peralatan (CCTV System, Alat komunikasi, dll).
b.     Sandi Komunikasi.
c.      Kode bahasa tubuh.
d.     Mengetahui sasaran.
e.     Mengenal area.

Menetapkan ring pengawasan dan petugas :
a.     “Eye Ball” petugas yg mengamati target dilingkaran paling dekat dengan target (bisa dilakukan dengan penyamaran).
b.     “Backup One” berfungsi sebagai lapis pertama apabila target bergerak menjauh dari posisi “Eye Ball”.
c.      “Backup Two” berfungsi sebagai lapis kedua yang meneruskan kegiatan pengamatan setelah diinformasikan oleh “Backup One”.

Pada saat melaksanakan kegiatan surveillance, kita harus merespon prilaku orang yang diawasi, prilakunya dibedakan menjadi :
a.     Selalu merasa curiga.
b.     Bersikap masa bodoh, bisa peduli dan tidak peduli.
c.      Betul-betul sudah tahu jika diawasi/diamati.

Contoh penerapan Surveilance :
“Seorang SPG di suatu Super Market menginformasikan ke Kepala Satpam bahwa dia melihat seorang konsumen dicurigai menyembunyikan produk yg dijual dan memasukannya kedalam tas, biasanya SPG ini memberikan informasi yang akurat. Kepala Satpam kemudian menugaskan anggota satpam untuk melakukan surveillance, setelah didapatkan informasi dari anggota dilapangan bahwa konsumen tersebut melakukan pengutilan, maka informasi disebut A-1 dan kepala satpam dapat melakukan tindakan yang dibutuhkan.

3.     Wawancara
Wawancara adalah mengajukan pertanyaan, meminta keterangan, meminta penjelasan. Dalam pelaksanaan wawancara, dilakukan juga :
a.     Menilai jawaban.
Sangat penting sekali untuk menguasai kemampuan melakukan penilaian jawaban, apakah jawaban tersebut berdasarkan fakta atau hanya asumsi, pendapat atau karangan saja.
b.     Paraphrase (menulis kembali dengan kata-kata lain)
Kadangkala jawaban dari pertanyaan yang diajukan berbelit belit, pewawancara harus memiliki kemampuan untuk merangkum/meringkas dan mengambil fakta-fakta nya saja, kemudian menyusunnya menjadi laporan / tulisan yang ringkas dan jelas.
c.      Probing (memberikan dorongan untuk memberikan keterangan tambahan).
Bisa saja informasi yang sangat penting justru tidak diberikan pada saat wawancara, pewawancara harus memiliki kemampuan untuk memberikan dorongan agar semua informasi yang penting didapatkan.

Jenis pertanyaan adalah, sbb:
a.     Pertanyaan yang diperluas
b.     Pertanyaan untuk melakukan klarifikasi
c.      Pertanyaan yang mengarahkan
d.     Pertanyaan berganda
e.     Pertanyaan hipotesis

Contoh penerapan wawancara :
Tersangka konsumen di suatu supermarket yang terbukti melakukan pengutilan diwawancarai oleh anggota keamanan untuk mengorek informasi mengenai :
a.     Identitas
b.     Bagaimana cara/modus dalam melakukan pengutilan?
c.      Sudah berapa kali melakukan pengutilan?
d.     Apakah ada teman dalam melakukan pengutilan?
e.     Apakah barang yang dicuri untuk konsumsi pribadi atau dijual lagi?
f.       Kalau dijual lagi, kemana dijualnya?

4.     Undercover (Pengamanan Tertutup).
Operasi yang sifatnya tertutup dan rahasia, disamarkan sehingga seluruh kegiatannya tidak menimbulkan kecurigaan dengan tujuan penyusupan.

Penyamaran biasanya digunakan dalam hal:
a.     Informasi atau barang bukti tidak dapat diperoleh dengan cara investigasi secara terbuka.
b.     Untuk mengurangi waktu dan biaya, apabila berdasarkan pertimbangan tersebut informasi yang didapat jauh lebih singkat waktunya dan lebih murah.
c.      Apabila penyelidikan terbuka tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, tidak dapat dilanjutkan karena tidak ada data sama sekali yang mendukung investigasi tersebut.

Contoh penerapan Pengamanan Tertutup :
1.     Pengungkapan kasus penggelapan barang / produk di pabrik/gudang.
2.     Pengumpulan informasi rencana kegiatan demo karyawan.
3.     Pengawasan area banking hall dari informan kelompok gembos ban/perampok nasabah.

Hasil dari Observasi, Surveilance, Wawancara dan Pengamanan Tertutup dapat dijadikan bahan untuk pembuatan / perbaikan prosedur pengamanan yang sudah ada agar gangguan dan ancaman keamanan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan, setidaknya anggota keamanan akan lebih siap dalam menghadapi ancaman dan gangguan yang timbul.

Setelah selesai mempelajari materi intelejen ini, diharapkan memiliki pemahaman tentang Teori Dasar Intelejen dan penerapannya dalam melaksanakan tugas harian pengaman di area kerjanya dan mengetahui bagaimana cara mengumpulkan data/informasi yang dianggap penting untuk kegiatan pengamanan.

Terima kasih.

Referensi :
a.     Peraturan Kepala  Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah.
b.     Dasar dasar Intelijen –    Z.A. Maulani (Letjend – Purn).
c.      Hanjar Teknik Pengumpulan Baket – Sudirman Sultan, SP., MP.
d.     Modul Kegiatan Intelejen Taktis - Abdul Rahman dan Surono, S.Sos., M.Si.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar