Rabu, 22 Januari 2020

FIRST AIDS



PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) 
UNTUK ANGGOTA SATPAM
Oleh : Doddy Hidayat, S.E.

Penulis mengikuti Sertifikasi Petugas P3K

Anggota Satpam yang professional harus mampu berfungsi sebagai Security Guard yang handal, Front Liner (Pemberi Pelayanan)  yang Prima dan mampu berfungsi sebagai seorang Safety Agent (Agen keselamatan) yang terampil.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai Safety agent, anggota Satpam harus terampil memberikan pertolongan dan perawatan pertama yang diberikan dengan cepat dan segera kepada korban di tempat kejadian secara sementara sebelum korban mendapatkan pertolongan atau perawatan dari pihak dokter (Para Medis) atau rumah sakit, yang meliputi penyelamatan nyawa dari bahaya di tempat kejadian dan persediaan pemindahan atau pengangkutan, inilah yang disebut sebagai Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Tujuan dari materi ini adalah memberikan pengetahuan penanganan kecelakaan kerja, memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan tindakan darurat lainnya pada korban di tempat kerja.

P3K ditujukan untuk memberikan perawatan darurat bagi para korban sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan dokter atau petugas kesehatan lainnya dengan fasilitas dan peralatan yg lebih lengkap. Untuk bisa memberikan perawatan darurat bagi korban, petugas P3K harus memiliki sifat, sbb :
1. Cepat tanggap (mampu melihat setiap tanda dan gejala orang cedera atau korban.
2. Mampu menggunakan peralatan bantuan yang  ada di sekitar tempat kejadian.
3. Bersikap tenang, tidak panik sewaktu melakukan  pertolongan.
4. Melakukan pertolongan mengikut kemampuan dan pengetahuan.

Ciri-ciri Gangguan Pada Korban.
Korban seperti apa yang bisa mendapatkan P3K dari anggota Satpam? Ada dua gangguan pada korban, yaitu Gangguan Umum dan Gangguan Lokal.
1. Gangguan Umum.
Gangguan bersifat umum yang mempengaruhi keadaan umum korban dan dapat menyebabkan keadaan gawat darurat.
a. Gangguan Pernafasan.
b. Gangguan Kesadaran.
c. Gangguan Peredaran Darah.

2. Gangguan Lokal.
Gangguan yang bersifat lokal dan tidak mempengaruhi keadaan umum korban.
a. Pendarahan / Luka ringan.
b. Patah Tulang.
c. Luka Bakar.
d. Dll.

Mengenal Peralatan P3K (Kotak P3K).
Disetiap Pos Jaga Utama biasanya disediakan Kotak P3K, apakah di Kotak P3K tersedia obat-obatan?  Menurut Permenakertrans No. PER-15/MEN/VIII/2008 Tentang P3K di Tempat Kerja, Kotak P3K harus berisi :
1.  Kasa steril terbungkus
2.  Perban (lebar 5 cm)
3.  Perban (lebar 10 cm)
4.  Plester (lebar 1,25 cm)
5.  Plester Cepat
6.  Kapas (25 gram)
7.  Kain segitiga/mittela
8.  Gunting
9.  Peniti
10. Sarung tangan sekali pakai (pasangan)
11. Masker
12. Pinset
13. Lampu senter
14. Gelas untuk cuci mata
15. Kantong plastik bersih
16. Aquades (100 ml lar. Saline)
17. Povidon Iodin (60 ml)
18. Alkohol 70%
19. Buku panduan P3K di tempat kerja
20. Buku catatan
21. Daftar isi kotak.
Jadi di Kotak P3K tidak disediakan obat-obatan karena fungsinya untuk penanganan keadaan darurat bukan untuk pengobatan. Kotak P3K harus bisa dicopot untuk memudahkan dan mempercepat penanganan suatu keadaan darurat.

Tindakan P3K.
Tahapan dalam melakukan tindakan P3K, adalah, sbb :
1.  Menilai Situasi.
a.   Mengenali bahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
b.  Memperhatikan sumber bahaya /penyebab kecelakaan.
c.   Memperhatikan jenis pertolongan.
d.  Memperhatikan adanya bahaya susulan.

2.  Mengamankan Tempat Kejadian.
a.   Utamakan keselamatan diri sendiri.
b.  Singkirkan sumber bahaya yang ada (contoh : singkirkan kabel yg beraliran listrik, matikan listrik, matikan mesin, nyalakan exhause udara, dll).
c.   Hilangkan Faktor Bahaya.
d.  Evakuasi korban dgn cara yg aman.

3.  Memeriksa Korban.
Tujuan memeriksa korban adalah untuk menilai kondisi korban, menentukan status korban dan menentukan prioritas tindakan.
Manusia memiliki 3 organ Vital yang akan mempengaruhi keseluruhan fungsi tubuh, yaitu :
a.   Otak               : Pusat Kesadaran.
b.  Jantung         : Pusat peredaran darah.
c.   Paruparu      : Pusat pernafasan.

Dalam menentukan prioritas tindakan, petugas P3K harus memperhatikan apa yang disebut dengan “Golden Periode”. Golden Periode merupakan waktu yang menentukan keberhasilan dari suatu tindakan dari korban yang tidak bernafas :
a. 0 s/d 4 Menit disebut Mati Klinis, keberhasilan tindakan 98%.
b. 4 s/d 6 Menit disebut Kerusakan Otak, keberhasilan tindakan 50%.
c. 6 s/d 10 Menit disebut Mati Biologis, keberhasilan tindakan 0,1%.

Memeriksa korban dapat dimulai, dari :
a.   Memeriksa Kesadaran.
1). Panggil namanya.
2). Goyangkan bahu.
3). Tepuk pipi.
4). Uji reaksi sakit (dicubit atau menekan dada dengan sendi jari telunjuk).
Apabila korban bereaksi, maka kondisinya dalam keadaan sadar, apabila tidak, bisa dilanjutkan ke langkah selanjutnya. Apabila korban tidak sadar, segera minta bantuan medis! Dan bersiap melakukan BHD.

b.  Memeriksa Peredaran Darah.
Periksa nadi di salah satu titik (leher, pergelangan tangan, ketiak atau selangkangan). Perhatikan apakah Jantung berdetak? Apabila Jantung berdetak, segera lakukan pemeriksaan pernafasan dan Apabila dipastikan Jantung tidak berdetak, segera lakukan RJP.

c.  Memeriksa Pernafasan.
Periksa pernafasan dengan menempelkan pipi ke saluran pernafasan, rasakan dan dengarkan apakah ada hembusan nafas? Lihat dada apakah bergerak turun naik? Kalau tidak ada posisikan “Head Tilt – Chin Down” dan periksa saluran pernafasan di mulut korban (gunakan sarung tangan karet yg terdapat di Kotak / Tas P3K). Apabila korban bernafas posisikan “Recovery Posisition” dan segera periksa keadaan lokal (Korban yg tidak sadar tetapi jantung berdetak dan bernafas, apabila dalam 30 menit tidak sadar, segera rujuk ke fasiitas kesehatan) dan apabila tidak bernafas segera berikan bantuan pernafasan.

d.  Memeriksa Keadaan Lokal.
Periksa apakah ada luka terbuka atau luka tertutup.

4.  Memberikan Tindakan P3K sesuai status korban :
a.  Korban sadar (Organ vital berfungsi) :
Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuh (untuk korban yg terlihat pucat pasi).
1). Selimuti korban yg mengalami shock.
2). Obati luka ringan.

d.  Luka Pendarahan Luar.
1). Untuk lika yg kotor, cuci luka dengan air bersih dari arah luka ke luar, keringkan dengan kapas dan beri anti septik.
2). Jangan cabut benda yg tertancap.
3). Tekan tempat pendarahan dengan kain kassa antara 5-15 menit.
4). Balut seperlunya (bila perlu ditekan).
5). Tinggikan bagian yg terluka lebih tinggi dari Jantung (kecuali diduga ada patah tulang).
6). Tekan pd titik tekan :
a). Arteri Brakialis (pembuluh nadi lengan atas).
b). Arteri Fomoralis (pembuluh nadi di lipat paha).
7). Tenangkan korban dan ajak bicara.
8). Segera bawa ke pelayanan kesehatan.

e.  Pembidaian.
Pembidaian digunakan untuk mencegah pergeseran atau pergerakan ujung tulang yg patah, mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan.
Cara pembidaian :
1).  Siapkan peralatan.
2).  Lepaskan sepatu, gelang, jam tangan dan alat lain yg menikat harus dilepas.
3).  Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yg patah.
4).  Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu longgar.
5).  Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tulang yg patah.

f.  Luka Bakar.
1).  Bebaskan korban dari penyebab luka bakar.
2).  Periksa tanda vital.
3).  Tanggalkan semua kain yg melekat pada bagian yg terbakar.
4).  Singkirkan segera benda yg mengencang (cincin, gelang, ikat     pinggang, dll) sebelum bagian itu membengkak.
5).  Pada kulit yg terbakar segera lakukan :
a).  Luka bakar tingkat pertama (hanya terdapat warna merah pd kulit) : siram / rendam dengan air dingin 10-15 menit, bila terasa nyeri beri obat pereda nyeri.
b).  Luka bakar tingkat kedua (timbul kemerahan dan lepuh pd kulit tetapi tidak merusak seluruh lapisan kulit) : rendam dalam air bersih, tutup dengan kain bersih dan steril, beri balutan longgar, beri obat anti nyeri.
c).  Luka bakar tingkat ketiga (terdapat penghancuran lapisan kulit seluruhnya, mungkin juga kerusakan lebih dalam) : tutup bagian yg terbakar dengan kain atau kasa steril, baringkan korban dengan kepala lebih rendah, perhatikan keadaan umum korban dan segera kirim ke rumah sakit.
d).  Pada korban luka bakar kontaminasi bahan kimia :
(1).  Korban harus diguyur dahulu dengan air selama 20 menit pada saat melepaskan pakaian korban.
(2).  Pasang penutup luka steril.
(3).  Bila bahan kimia terkena kulit, segera cuci dengan air dan sabun sebanyak mungkin.
(4).  Bila terkena mata, segera cuci dengan air sebanyak mungkin.
(5).  Bila bahan kimia tertelan maka usahakan korban muntah dengan memberi air minum atau susu sebanyak mungkin (Sebagai pengecualian, apabila bahan kiamia bersifat korosif tidak diperbolehkan untuk dimuntahkan).
(6).  Bila terjadi sesak nafas segera longgarkan pakaiannya dan beri oksigen atau udara segar.
(7).  Atasi syok bila ada.
(8).  Rujuk ke fasilitas kesehatan.
e).  Pada Korban Luka bakar sengatan Listrik :
(1).  Nilai keamanan tempat kejadian.
(2).  Singkirkan ancaman bahaya sengatan listrik.
(3).  Periksa dan cari luka bakar di daerah listrik masuk dan tempat listrik keluar.
(4).  Bersihkan luka dengan cairan antiseptic (misalnya Betadin).
(5).  Tutup luka dengan kain bersih dan steril (kasa steril).
(6).  Atasi syok bila ada.
(7).  Segera kirim ke Pusat Pelayanan Kesehatan.
(8).  Penolong harus siap meberikan RJP dan pantau dengan ketat, karena henti napas dan henti jantung sering berulang.
f).  Kulit yg melepuh tidak boleh dipecahkan.
g).  Apabila kulit mengelupas, oleskan salep anti biotik.

g.  Tersedak.
    1). Gejala terjadinya sumbatan jalan napas :
a). Wajah Hipoksia (warna biru/kelabu) atau sembab kemerahan.
b). Sulit berbicara dan bernapas (napas berbunyi).
c). Cuping hidung mengembang.
d). Gejala kebingungan dan panik (tangan memegang leher).
e). Batuk kering terus menerus.
2). Teknik mengeluarkan benda asing yg menyumbat jalan napas :
a). Membersihkan dengan jari.
(1). Miringkan korban.
(2). Buka mulut dan tahan gigi atas dan bawah dengan ibujari dan telunjuk.
(3). Masukan jari yg lain menyusuri tepi bagian dalam pipi ke tenggorokan dan bagian dalam lidah.
(4). Dengan gerakan kait dari belakang tenggorokan, keluarkanlah sumbatan.
b). Menekan perut (Heimlich Maneuver).
(1). Posisi korban duduk/berdiri.
(2). Penolong berdiri dibelakang korban, lingkarkan tangan pada pinggang korban.
(3). Posisikan tangan menggenggam dengan dua ibu jari ditekuk menghadap ke atas, letakan di ulu hati (dibawah tulang busur iga).
(4). Tekan ke atas 45⁰.
(5). Bila perlu ulangi beberapa kali.
c). Tepukan punggung.
(1). Posisi korban duduk/berdiri.
(2). Penolong berdiri dibelakang korban.
(3). Tempatkan satu tangan di depan dada korban sebagai penyangga.Bungkukan badn korban agar kepala lebih rendah dari dada.
(4). Beri pukulan kuat pada punggung dengan tumit tangan (seperti pesawat landing).
(5). Bila perlu ulangi.

5.  Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
BHD adalah suatu usaha penyelamatan nyawa melalui tindakan kompresi dada dan pemberian nafas buatan (Resusitasi Jantung Paru – RJP / Cardiopulmonary Resuscitation - CPR) dengan tujuan mengalirkan kembali darah yg beroksigen ke otak.

Indikasi dilakukannya BHD adalah untuk kasus :
a.   Henti Jantung.
b.  Henti Nafas.
Catatan : Henti nafas belum tentu henti Jantung, akan tetapi bila korban henti Jantung secara otomatis henti nafas.
  
Dalam usaha memberikan BHD, harus diperhatikan apabila otak manusia tidak menerima oksigen yang dibawa oleh darah, maka akan terjadi :
a.     Tidak bernafas 0 – 4 menit : Mati Klinis Angka Keberhasilan 98%
b.     Tidak bernafas 4 – 6 menit : Kerusakan Otak Angka Keberhasilan 50%
c.      Tidak bernafas 6 – 10 menit : Mati Biologis Angka Keberhasilan 1%
Jadi sangatlah penting untuk segera memberikan RJP pada korban henti Jantung.

Tindakan BHD :
a). Lakukan penilaian terhadap situasi yang bisa membahayakan (Danger) bagi penolong, amankan keadaan atau ancaman bahaya.
b). Menilai kondisi korban melalui penilaian :
1). Kesan Umum
Penilaian untuk memperoleh gambaran ringkas dan cepat mengenai kondisi korban dan berat ringan kasus yg sedang dihadapi. Tentukan apakah korban mengalami kasus trauma (Pendarahan, luka terbuka, patah tulang, dll) atau mengalami kasus Medis (Sesak napas, nyeri dada, dll).
2). Cek Kesadaran (Response).
(a). Posisi penolong di sisi bahu korban.
(b). Cek Respon
  Respon korban dibagi menjadi Empat (4) tingkatan :
(1). Awas
Korban menyadari situasi, waktu dan lingkungan. Cek respon dengan menepuk bahu dan mengguncangkan korban secara lembut.
(2). Suara
Panggil nama korban.
(3). Nyeri
Cek respon sakit (cubit, dll).
(4). Tidak ada Respon.
Segera meminta bantuan!!! (Help!)
(c). Pemeriksaan Nadi dan Nafas secara Simultan.

Periksa Nadi di arteri karotis yg ada di dibawah sudut rahang dengan dua jari, periksa nafas dengan memperhatikan naik turun dada dan merasakan hembusan nafas (Lihat, Dengar, Rasakan). Pemeriksaan dilakukan secara simultan dalam waktu 5 – 10 detik.
(d). Bersiap memberikan RJP/CPR.


c). Melaksanakan RJP/CPR
 

         1). Compression (Penekanan Dada)
(a). Sebelum memberikan RJP, baringkan korban terlentang di atas dasar yang keras,kuat dan kering.
(b). Buka (ekspose) dada secukupnya.
(c). Tentukan titik kompresi : Titik kompresi RJP terletak tepat 2-3 jari diatas pertemuan tulang rusuk kiri – kanan yg terbawah atau di tengah garis antara dua puting (Bagi laki-laki berat badan normal).

(d). Lakukan Teknik Kompresi Dada yg tepat :
(1). Posisi salah satu telapak tangan di atas punggung telapak tangan yg lain dengan jari masuk ke sela-sela jari yg lainnya (kunci jari), letakan di titik kompresi.
(2). Posisi lengan lurus, kekuatan tekanan tangan pada badan.
    Titik poros gerakan naik turun badan ada di pinggul.
    Kedalaman kompresi 5-6 cm, kecepatan 100-120 /menit.
    Biarkan dada dekompresi (mengembang) sebelum dilakukan tekanan dada selanjutnya.
(3). Teknik kompresi berdasarkan umur :
    Dewasa      (> 8 tahun)   : dua telapak tangan.
    Anak anak (1-8 tahun)  : satu telapak tangan.
    Bayi             (< 1 tahun)   : dua jari.
2). Pernapasan
(a). Pengawasan Jalan Napas (Airway Control)
Tujuan dilakukannya Airway Control adalah untuk memastikan jalan napas tetap terbuka (tidak tertutup lidahnya sendiri atau benda lain) dan bersih.

Dilakukan dengan teknik Angkat Dagu – Tekan Dahi :
(1). Dilakukan pada korban tidak sadar tanpa trauma (Cidera Spinal).
(2). Letakan tangan pada dahi korban.
(3). Letakan ujung jari tangan lainnya di ujung tulang rahang bawah.
(4). Secara bersamaan tekan dahi kearah belakang dan angkat dagu ke depan sampai posisi korban menengadah maksimal.
(5). Pertahankan tangan pada dahi sehingga posisi kepala korban tidak berubah.
(6). Buka mulut korban dengan ibu jari dan telunjuk.
(7). Pastikan jalan napas terbuka.
(b). Bantuan Pernapasan (Breathing Support)
(1). Bantuan pernapasan bisa menggunakan alat bantu atau langsung dari mulut ke mulut.
(2). Gunakan jari telunjuk dan jempol tangan intuk menutup hidung korban.
(3). Pergunakan masker CPR apabila ada.
(4). Ambil napas dan hembuskan napas melalui mulut sehingga dada korban mengembang.
(5). Frekuensi Bantuan Pernapasan :
• Tanpa ada nadi : 30 kompresi – 2 Napas (2 menit)
• Dengan nadi :
Dewasa      : 10-12x/menit
Anak anak : 20x/menit
Bayi             : >20x/menit
3). Recovery Position (Posisi Pemulihan)
Tujuan Recovery Posisition adalah agar korban dapat bernapas dengan baik dan menghindari tertelannya muntahan.
(a). Posisi penolong di sebelah kanan korban.
(b). Terlentangkan korban.
(c). Angkat tangan kanan korban dan rentangkan ke atas.
(d). Letakan punggung tangan korban di pipinya.
(e). Tekukkan kaki kiri korban.
(f).  Tarik badan korban sehingga berbaring miring ke kanan.

BHD dihentikan apabila :
1). Terdapat tanda kembalinya denyut nadi atau adanya gerakan napas spontan.
2). Paramedik datang.
3). Penolong sudah kelelahan (tidak sanggup melanjutkan).
4). Lingkungan menjadi tidak aman.
5). Korban dinyatakan meninggal dengan adanya tanda kematian.

6.  Pemindahan Korban.
Pada saat akan atau sesudah memberikan pertolongan pertama, mungkin kita menemukan bahwa korban harus segera dipindahkan, pada situasi yang darurat dan berbahaya perlu adanya tindakan pemindahan cepat dan waspada.
Penanganan pemindahan korbah yang salah dapat menimbulkan cidera lanjutan atau cidera baru, hal-hal yg harus diperhatikan :
a.  Jaga kelurusan tulang belakang.
b.  Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat.
c.  Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh.
d.  Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang.
e.  Bila memungkinkan, kurangi jarak dan ketinggian yg harus dilalui korban.
f.   Angkatlah secara bertahap, terus berkomunikasi dan berkoordinasi.

Macam-macam pemindahan darurat :
a.  Memapah.
b.  Menggendong.
c.  Membopong.
d.  Tarikan baju, selimut, bahu/lengan.
e.  Firefight Lifting.
f.   Pemindahan menggunakan alat bantu.

Pemindahan korban bisa menggunakan alat seperti tandu dan cara terbaik tergantung keadaan korban dan situasi sekitar.


Demikian Modul P3K untuk anggota satpam ini dibuat untuk dipelajari dan dilatihkan sehingga dapat meningkatkan kompetensi Anggota Satpam untuk menjadi anggota Satpam yang Profesional dan dapat diandalkan di lingkungan kerja nya.

Referensi :
1.  Hanjar Diklat PT. NSA-911
2.  Modul Pembinaan Petugas P3K di Tempat Kerja – Direktorat Pengawas Norma K3 Kementrian Tenagakerja RI (2016).



1 komentar: